Kuantitas dan kualitas serta kapabilitas out put kader yang dihasilkan oleh suatu organisasi menjadi ukuran keberhasilan dari organisasi tersebut. Kegagalan sebuah organisasi dalam memproduksi intelektual, tokoh yang cakap dibidangnya (profesional), kritis, visioner, dan berkarakter akan menunjukan macetnya sebuah organisasi. “bahwa semua orang boleh mengaku dirinya intelektual Akan tetapi belum tentu semua orang memiliki fungsi intelektual”. (Antonio Gramsci “The Prison Notebook :Selection”) PMII sebagai organisasi kader yang memiliki basis massa terbesar dengan jumlah lebih dari 200 cabang yang tersebar diseluruh indonesia, memiliki sebuah tanggung jawab untuk mengantarkan setiap anggotanya melalui proses pembebasan (liberal) dan kemanusiaan (humanis).
Kemudian PMII mengarahkan para kadernya untuk terciptanya individu yang merdeka, otonom, independent, baik dalam berfikir maupun dalam berperilaku serta memiliki kapasitas dan kepedulian berpartisifasi aktif secara kritis dalam setiap aksi perubahan menuju tatanan masyarakat yang adil dan makmur.sebagai sebuah organisasi yang komitmen terhadap kejujuran, kebenaran dan keadilan terus melakukan pemberdayaan mahasiswa dalam rangka membentuk pribadi kader berkarakter ULUL ALBAB (Pribadi muslim indonesia yang bertaqwa pada Allah SWT, Berbudi luhur, berilmu, cakap, bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuan serta komitmen terhadap perjuangan cita-cita kemerdekaan Indonesia (NKRI) yang nantinya diharapkan menjadi pelaku sejarah perekayasaan tatanan sosial Rahmatan lil Alamin yang sudah menjadi cita-cita islam.
Pisau analisa, gerak dan perilaku yang dipakai oleh kader PMII adalah ASWAJA (Ahlussunnah Wal Jama’ah) yang mana merupakan ruh gerakan kita sebagai anggota pergerakan dalam mengamalkan dan menghayati ajaran islam ditengah sosio kultur indonesia yang merupakan basis ajaran ideal moral dalam rangka menjalankan fungsi manusia sebagai Abdullah dan Khalifah untuk mewujudakan cita-cita islam itu sendiri sebagai ajaran teologis dalam mewujudkan peradaban manusia yang Rahmatan Lil Alamin.
Ada tiga titik tekan umum yang hendak dicapai dalam pengkaderan PMII. Pertama membangun individu yang percaya dengan kapasitas individualitasnya sekaligus memiliki keterikatan dengan kolektivitas. Kedua membebaskan individu dari belenggu-belenggu yang tercipta selama berabad-abad sepanjang sejarah nusantara, tanpa memangkas individu dari sejarah itu sendiri. Ketiga pengkaderan PMII hendak membangun Keimanan, Pengetahuan dan Keterampilan sekaligus
Landasan, arah, strategi dan taktik gerakan kita selaku kader PMII hari ini masih stagnan diwilayah peletakan paradigma PMII yaitu Paradigma Kritis Transformatif. Namun hari ini sebagian sahabat kita memaknai PKT sebagai landasan Kritis Anarkis, itu bukan Paradigma Kritis Transformatif tapi Paradigma Kritis Kebablasan.
Sahabat-sahabat perlu diingat bahwa ruh gerakan kita berdasar ASWAJA bukanlah Habermas, Marxisme, Thomas Khun, Madzhab Frankpurt dan lain sebagainya karena arah gerak kita pun dilandasi oleh Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Disamping organisasi kader PMII juga sebagai organisasi gerakan, yang siap mengabdikan dirinya kepada kepentingan bangsa dan negara, sebagai perwujudan nyata maka, dari itu PMII siap mengamalkan segenap ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat dan tetap berkomitmen menjaga keutuhan NKRI, komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, pluralisme, komitmen kerakyatan dalam mengawal civil sosiety. Ketika kader PMII dihadapkan Segudang permasalahan yang ada, bukan menjadikan kita semakin terpuruk, Namun membuat kita semakin kuat layaknya seperti “Besi Ketika Dipukul, semakin keras dan semakin banyak yang memukul maka, seharusnya kita harus tegak berdiri dan melawan bukan untuk lemah dan melepuh” perjuangan kita bukan untuk permasalahan kekuasaan semata karena kita bukan ORMAS (Organisasi Massa) ataupun ORPOL (Organisasi Politik) tapi kita adalah Organisasi Kader yang mestinya mampu mencerdaskan anggota/kader yang ada serta menggerakan anggota/kader untuk memahami permasalahan-permasalahan sosial masyarakat yang ada.
Memahami aturan pun bukan dijadikan sebagai apology untuk berkuasa di organisasi kita ini akan tetapi supaya kita faham untuk menguatkan organisasi kita ini dari serangan organ politik ataupun organ yang lain untuk menghancurkan kita. Sesuai dengan Tri Motto kita “Dzikir, Fiqir, Amal Shaleh” , Tri Komitmen kita “ Kejujuran, Kebenaran, Keadilan” bahkan aturan pun mesti dipakai untuk menyeleksi kader-kader yang tidak komitmen seperti halnya saat kader melakukan tindakan kriminal sesuai yang tertuang dalam AD/ART PMII.
Semua ini dimaksudkan agar Kader PMII tidak hanya cerdas dalam penguasaan berbagai materi pengetahuan yang terumuskan dalam kurikulum baku PMII, namun juga tangkas dalam kerja-kerja teknis organisasi, tidak menjadi individu yang individualistik, kader yang unggul pada ilmu pengetahuan, progresif dalam pemikiran, pribadi organisatoris, serta terbangunnya gerakan disetiap sektor kehidupan untuk membangun tata peradaban baru yang lebih baik.
(Kutipan : AD/ART, PKT, NDP dan teori-teori relevan hasil diskusi dengan narasumber aktivis PMII)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar